Tidak
ada yang salah dengan rasa suka kepada lawan jenis. Itu adalah sesuatu yang
naluriah. Namun bagaimana kita mengendalikan perasaan itu yang harus menjadi
edukasi paling awal.
Terus
terang, saya lebih suka berdiskusi pengalaman ini dengan adik-adik yang masih berseragam
putih-biru atau beranjak ke putih abu-abu, mereka-mereka
yang belum terlanjur jatuh cinta dan menjalin hubungan pacaran.
Mereka yang masih culun dan polos inilah yang sebenarnya penting untuk kita
edukasi agar sedari awal tidak
terjebak di jalan yang salah. Karena sekali mereka terjebak, akan sangat sulit
menyembuhkannya. Adapun mereka yang saat
ini sudah terlanjur
pacaran, sangat
sulit untuk menyembuhkannya, sama seperti mereka pecandu
narkoba yang ingin bertobat. Berat sekali untuk move on (walau tidak semua) dan butuh orang khusus yang mampu menasehati. Karena
memang, pendidikan karakter yang kuat itu dimulai dari masa kanak-kanak.
Nah,
pada kesempatan izinkan saya membagikan sedikit nasehat untuk adik-adikku yang
masih cupu ini. Adik-adikku, jangan kalian anggap pacaran adalah solusi dari
permasalahan cinta. Ketahuilah justru hal itu yang merusak kesucian dari
perasaan kalian. Menikah pun juga bukan pilihan terbaik bagi usia dini.
Maka,
memendam perasaan sampai waktu memberikan
jawaban terbaik di tempat yang tepat adalah solusi yang istimewa. Perasaan yang terpendam, kekal
atau tidak kekalnya, tergantung dari seberapa kuat dan lama kita mempertahankannya.
Lantas di mana letak istimewanya? Komitmen. Memendam perasaan adalah ‘komitmen’
kita dalam menjaga kehormatan diri yang tidak akan ada yang bisa mematahkannya.
Kecuali kita sendirilah yang memilih untuk mematahkannya. Kata kuncinya adalah
komitmen. Ini bisa jadi lebih kekal bahkan dari hubungan suami-istri yang masih
bisa bercerai, apalagi pacaran yang tidak mempunyai landasan komitmen. Kalau
pun ada, maka komitmen itu telah melunturkan komitmen yang lebih esensi; menjaga
kehormatan.
Jadi adik-adikku tersayang, kembali ke konteks kalian memendam
perasaan dalam hal cinta, semakin lama kalian mempertahankan perasaan,
menunjukkan semakin kuat komitmen kalian di dalam menjaga kehormatan diri.
Tidak merusaknya dengan berdua-duaan dengan yang bukan mukhrim, bergandengan
tangan, apalagi sampai melakukan perbuatan zina. Tidak ada agama yang
menganjurkan itu, apalagi Islam, jangan sampai kita merusak identitas kita
sebagai muslim atau muslimah. Jadi, bagi yang sedang kasmaran, pikirkan baik-baik
sebelum kalian memutuskan untuk pacaran. Percayalah, akan ada kado istimewa
bagi mereka yang mampu menjaga kehormatan. Mari sama-sama kita buktikan.
Adikku,
semoga nasehat ini bisa meresap di hati kalian. Untuk kemudian diamalkan.
No Response to "Pacaran, Memendam Perasaan dan Komitmen."
Posting Komentar