Ada pertanyaan mendasar yang
membuat saya memulai catatan ini. Sebenarnya, dalam hidup ini apakah kita yang
berjuang menegakkan dakwah atau sebaliknya, dakwah yang menegakkan hidup kita?
Tidak salah jika ada yang
menjawab kedua-duanya. Namun bagi saya, berdasarkan analisa pribadi; bukanlah
kita yang menegakkan dakwah, tapi justru kitalah yang ditegakkan oleh dakwah.
Sebagai seorang aktivis, saya tidak pernah menyangka akan bergelut dengan dunia
dakwah. Boleh dibilang hanya kebetulan belaka. Faktanya, Iwan Mariono tidaklah
terlahir dari keluarga yang religius. Masa sekolahnya pun tidak sedikit
dihabiskan dengan foya-foya.
Yang menarik, kehidupan itu
berubah secara perlahan justru ketika saya ‘dipaksa’ untuk mengenal dakwah. Bahkan
dari awal mengenal dakwah itu sebenarnya sudah ada pesan pengantar: ada atau
tidaknya kita dalam dakwah, dakwah akan terus berjalan. Jadi, sesungguhnya
kitalah yang membutuhkan dakwah. Dalam artian, agar dakwah itu meresap di dalam
hati, kita juga harus mendakwahkannya kepada orang lain. Mengajak orang lain
pada kebaikan akan mengajarkan kita untuk menjadi lebih baik.
Kembali ke awal pembahasan kita
tadi, saya secara pribadi tidaklah merasa lebih baik dari mereka yang bukan
aktivis dakwah, bahkan mereka yang nakal atau bajingan. Hanya saja saya membuktikan
satu hal, dengan bergelut dengan aktivitis dakwah ternyata hidup ini saya
serasa selalu ada yang memata-matai, juga lebih banyak diawasi. Bukan sekedar
diawasi oleh teman-teman sesama aktivis, lebih daripada itu, semacam ada alarm
yang membuat ruang lingkup saya untuk menyeleweng jadi menyempit, serasa setiap
benda mati pun ikut mengawasi, mengingatkan identitas yang sudah ‘terlanjur’
saya bentuk: aktivis dakwah.
Itulah yang membuat saya kagum
dengan dakwah ini, bukan sebagai aktivisnya, tapi kehadirannya dalam hidup ini membuat
saya jadi terus berjuang untuk sebisa mungkin meminimalisir kesalahan,
mengurangi kemaksiatan, menutup aib, menjaga kehormatan, dan sebagainya. Demikianlah
beberapa kebijaksanaan yang ditawarkan dakwah dalam hidup ini. Tanpanya
(dakwah), mungkin hidup saya ini sudah bagaikan mobil yang blong remnya.
Kesimpulannya: bukanlah kita yang
menegakkan dakwah, tapi dakwahlah yang menegakkan kita. Sekali pun, dalam hidup
ini kita tidak pernah lepas dari salah dan dosa.
No Response to "Mengenai dakwah dan dinamikanya."
Posting Komentar