Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

BANDUNG DAN MAWAR

Bandung dan Mawar 

Sabtu, 28 Januari 2023 aku berkunjung ke rumah seorang kliping terbesar di Colomadu, sebuah daerah enklave yang secara administrasi masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. 

Namanya Bandung Mawardi, kadang aku memanggilnya Mas Bandung, kadang pula aku sapa sebagaimana dia mengenalkan nama panggilan lainnya, Pak Mawar. Panggilan kebudayaan itu aku sesuaikan dengan kondisi batin saat kami berbincang, dia sebagai Pak ketika aku membaca bukunya, menelusuri kedalaman pikirannya, dan berbicara secara personal. Sementara panggilan Mas untuk Bandung aku berlakukan saat kami duduk melingkar bersama teman-teman yang lain, ini demi mengakrabkan suasana percakapan yang memang selalu nampak egaliter.

Ini pertama kali aku berkunjung ke rumahnya, sekaligus mendengar namanya. Aku diajak dan dikenalkan ke Mas Bandung oleh kawanku Faizal Adi Surya. Sebagai orang yang sudah membaca ratusan buku, baru mengenal Bandung dan Bilik Literasi-nya (demikian dia menamakan tempat tinggalnya) aku anggap sebagai keterlaluan. Berarti aku belum benar-benar melek literasi. 

Kumis dan janggut yang lebat, dan rambutnya yang gondrong, mengesankan dia seperti seorang seniman yang memikul beban berat, sekaligus membuatnya nampak sepuluh tahun lebih tua dari usianya. 

Perkenalan pertama dengan Bandung Mawardi bersama tumpukan buku-bukunya itu membawa kesan tersendiri. Enam jam di sana ternyata belum cukup menuntaskan dahaga. Jadi, tiga hari berikutnya aku putuskan kembali lagi ke rumahnya bersama sahabatku Saepul Rochman (aku memanggilnya Kang Saepul) yang juga baru mengenalnya.

Di pertemuan kedua inilah suasana akrab antara aku dan Bandung Mawardi mulai terjalin, aku baru tahu kalau dia bahkan belum pernah ke Bandung. Sayang sekali aku lupa bertanya, kenapa namanya kok ada Bandung-nya?

Aku yang sudah membaca bab Kambing dan Kipas dari bukunya yang dia bagikan gratis, mencoba mengomentari cara dia menulis dan bertutur melalui tulisan. Aku sampaikan bahwa apa yang dia tulis itu mengingatkanku pada kenangan masa SD, ketika membaca kisah yang terselip dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia dengan seri berjilid sesuai kelas dan caturwulan (1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 2c, dan seterusnya). Di buku pelajaran itu beberapa kali aku membaca kisah hidup sederhana, salah satunya kisah warga di Desa Sukamaju yang mengadakan pertemuan antar warga untuk program kerja bakti membersihkan selokan dan memperbaiki pagar rumah, hingga desa itu menjadi bersih dan tampak lebih indah. 

Cerita dalam buku itu juga sekaligus membuatku penasaran, apa memang benar ada desa yang bernama Sukamaju itu? Kalau ada di mana? 

Sungguh itu kisah yang apa adanya, tidak ada klimaks cerita yang mendaki-daki. Tapi benar-benar menghidupkan imajinasi masa kecil akan desa Sukamaju. Sampai-sampai aku membayangkan aku hidup di desa itu dengan kehidupan warganya yang ramah, damai dan sejahtera. Anak-anak bermain bergembira. 

Tak dinyana, dejavu itu bagai gayung bersambut. Pak Mawar mengeluarkan satu lagi buku kecilnya berjudul "Nostalgia Bahasa Indonesia Bacaan dan Pelajaran", aku langsung buka isinya. Tiap halaman dipenuhi scan gambar buku-buku pelajaran Bahasa Indonesia terbitan tahun 80-90an. Tiba-tiba pikiran melesat ke kenangan masa kecil. 

Kemudian obrolan mengalir ke hal-hal yang lebih serius. Kita dibuat nostalgia dengan buku-buku pelajaran itu, tapi kita tidak pernah terpikir bahwa sesungguhnya di balik pengadaan buku itu, ada kepentingan indoktrinasi dari rezim Orde Baru. 

Selanjutnya, Pak Mawar menawarkan aku untuk menyusun pula cerita-cerita yang mengalir seperti itu. Tidak perlu kisah yang wah, cukup aktivitas yang kita kerjakan sehari-hari. Target sudah bisa terbit jadi satu buku kecil yang bisa dibagikan ke teman-teman sekitar. Aku mengiyakan. Tentu ini menjadi tantangan buat aku setelah pulang. 

Dan aku sudah mengawalinya, melalui tulisan ini.

No Response to "BANDUNG DAN MAWAR"

Posting Komentar