Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

BUNG HATTA DAN GILA BACA

BUNG HATTA DAN GILA BACA

Setelah menyelesaikan studinya, sewaktu pulang dari Rotterdam ke Indonesia, Bung Hatta membawa pula koleksi bukunya sebanyak dua meter kubik yang dibagi ke dalam enam belas kotak peti berukuran setengah meter kubik. Buku sebanyak itu adalah koleksinya selama sebelas tahun menempuh pendidikan di Belanda sejak umur 19 tahun (1921-1932 M).

Ketika tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, butuh satu mobil truk khusus untuk mengangkut buku-buku tersebut.

Sebenarnya koleksi bukunya lebih dari itu, tapi Bung memang sudah merencanakan harus membatasi barang bawaannya sehingga lebihnya ditinggalkan untuk dua orang temannya. “Apa yg lebih dari itu,” demikian tutur Hatta, “akan aku tinggalkan. Kubagi antara dua orang yang dekat di waktu itu dengan aku.” Dua orang itu adalah Sumadi (teman se-kos) dan Rasjid Manggis, teman semasa kecilnya di Bukittinggi. 

Bung Hatta adalah penggila baca! 

Di era milenial ini, anak muda yang ingin menghidupkan literasi bisa mengambil semangat baca dari beliau. Apalagi jika dia masih bujang, tidak bekerja, dan mendapat uang bulanan dari orang tua, tidak ada alasan untuk tidak membaca. Manfaatnya mungkin bukan untuk saat dia masih muda, boleh jadi setelah lanjut usia. 

Selama di Den Haag, dalam sehari Bung Hatta bisa menghabiskan waktunya untuk membaca selama sepuluh sampai dua belas jam. Demikian rincian waktunya: Pukul 08.00 beliau sarapan dilanjutkan membaca selama satu jam. Pukul 09.00 sampai 10.00 beliau gunakan untuk jalan berjalan-jalan mengelilingi kota selama satu jam. Pukul 10.00 sampai 12.00 beliau lanjut lagi membaca. Setelah break lunch, beliau membaca lagi dari pukul 13.30 sampai 17.30. Malam hari dari jam 19.30 jika tidak ada teman yg datang mengajak diskusi beliau bisa membaca lagi sampai pukul 24.00, bahkan kadang 02.00 dini hari (bayangkan hampir tujuh jam non-stop!). Waktu malam lebih banyak digunakan untuk membaca buku-buku berat sesuai bidangnya.

Membaca adalah soal budaya. 

“Memang, membaca dan mempelajari ada lain,” demikian kata H. Agus Salim suatu hari sebagaimana tertulis dalam buku memoir Bung Hatta. “Tetapi, tidak ada bacaan yg hilang dari kepala sama sekali. Banyak juga yg tersangkut dalam otak yg kemudian dapat menjadi dasar pembacaan dan pelajaran terus dalam masalah hidup. Banyak membaca, itulah jalan yg baik untuk menambah pengetahuan dan mengasah kecerdasaan. Di luar sekolah tidak sedikit pelajaran yg dapat diperoleh jadi pembantu penyambung yg dipelajari di sekolah.”

Buku-buku yang dibaca oleh Hatta sangat bervariasi, tidak melulu sesuai bidang yang digelutinya. Berikut daftar bacaan Bung di luar bidangnya (ekonomi): Ilmu tatanegara dan ilmu hukum internasional, sejarah umum, filosofi (filsafat), buku-buku tentang politik kolonial dan penjajahan, dan buku-buku tentang pergerakan nasional di Turki, Arab, Mesir, India, China. Mungkin masih banyak lagi, hanya secara umum tema-tema seperti itu. 

Jadi kita tidak perlu heran jika kemudian Bung Hatta bisa menghasilkan banyak karya pemikiran lintas bidang, juga menjadi seorang diplomat yang ulung seperti ketika berjuang di KMB (Konferensi Meja Bundar) tahun 1949 –tiga dekade dari sejak menyandang gelar doktorandus. Saya sangat yakin, kemampuan itu dibentuk oleh bacaan-bacaannya sewaktu masih kuliah, berlanjut sampai masa menjalani hidup sebagai seorang interniran. 

***

Nah, teman-teman atau adik-adik mahasiswa yang baaanyak sekali waktu longgarnya, sudah berapa buku yang kalian baca? 

[Sumber rujukan utama: Mohammad Hatta, “UNTUK NEGERIKU, Sebuah Otobiografi” Jilid I: p.112-114, 242-243; Jilid II: p.15-18]

No Response to "BUNG HATTA DAN GILA BACA"

Posting Komentar