Hari ini 6 tahun yg lalu ada satu peristiwa besar yg hampir merenggut nyawaku.
Momennya hampir sama dengan tadi malam (24 Oktober 2020) saat Barcelona kalah 1-3 dari Real Madrid. Enam tahun yg lalu di hari yg sama (25 Oktober 2014), Barcelona juga kalah dengan skor yg sama dari Real Madrid.
Waktu itu, aku dan Putra pulang dari nobar El-Clasico. Kami naik motor sendiri2. Saat tiba di pertigaan traffic light Pabelan, dari arah timur, saat hendak belok kanan, motor yg aku kendarai tiba-tiba oleng, ban depannya pecah. Aku yg tidak bisa menjaga keseimbangan akhirnya jatuh ke depan dengan posisi mulut membentur aspal, sementara kedua tangan masih memegang setir.
Tidak sampai pingsan atau muntah, tapi aku merasakan mulutku penuh dengan pasir. Saat aku coba membuang ludah, terasa ada yg aneh. Ludah tidak bisa terlempar jauh. Aku langsung raba gusi atasku, ya Allah, ada yg longgar seperti anak pagar tercabut. Gigiku rontok dua biji.
Badan langsung lemas. Bukan karena fisik yg sakit, tapi psikis karena baru saja kehilangan dua mahkota yg sangat berharga dalam hidup kita. 😂
Motor aku biarkan tergeletak di tengah jalan, aku berjalan ke tepi dan langsung duduk sendiri di pinggir jalan sampai kawanku datang membawakan air mineral Aku berkumur. Kemudian aku coba bersiul, ternyata siulan tidak mau bunyi kalau tidak ada gigi. 😄
Kesalahanku waktu itu adalah aku melepas helm. Entah kenapa waktu itu kepala terasa gerah, segera aku lepas helm kemudian merasakan terpaan angin malam. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Terjadilah apa yg harus terjadi. 😅
Qadarullah, belum ajal, Allah ganti dengan rontoknya dua gigi seri (sentral dan lateral kanan), dan lecet di bibir atas yg bekasnya masih ada sampai sekarang. Ini satu peringatan agar lebih berhati-hati, serta menaati peraturan lalu lintas. Mungkin Allah masih memberi kesempatan umur lebih panjang agar aku banyak berbenah dan memperbaiki diri. Semoga kelak saat tiba waktunya dihisab, aku sudah punya bekal di Padang Mahsyar.
No Response to "25 Oktober 2014"
Posting Komentar