Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Si Ibu yg pintar mengalihkan perhatian.




Masih lekat dalam ingatan saat masih kanak-kanak, setiap kali ibu mengajak jalan2 ke pasar atau pertokoan untuk berbelanja. Ingat sekali. Ah, namanya juga anak2, kalau melihat sesuatu yg menurutnya bagus pasti langsung minta, dan kalau tidak dikabulkan permintaan itu, ngambek, nangis, bahkan ngamuk, adalah senjata ampuhnya.

Tapi adakalanya ibu memang hebat mengantisipasi kejadian itu, ketika sy menunjukkan tanda2 akan tertarik pada sesuatu (benda atau permainan yg mahal misalnya), cepat2 ibu mengalihkan perhatian sy dengan mencomot tema lain, menunjukkan sesuatu, mengajak berbicara, menanyakan sesuatu, atau biasa bilang; eh, bapak sudah pulang kerja dan dia bawa ole2 –misalnya. Sekarang sy baru sadar bahwa itulah memang cara terbaik yg digunakan ibu untuk mengalihkan perhatian anaknya dari keinginan2 sesaat. Kalau cara ini tidak berhasil dan sampai di rmh sy malah ngamuk, cubitan di paha adalah pilihan terakhir. Tidak ada pilihan lain, ini adalah jurus yg paling ampuh. 

Nah, setelah bertahun-tahun merasakan hidup –kalau tidak bisa dikatakan dewasa: ternyata, manusia (dalam hal ini kadang sy sendiri) masih sering juga mengalami hal seperti itu; mempunyai suatu keinginan, begitu kuatnya keinginan itu untuk segera terwujud tanpa mempedulikan lagi nasehat2 orang di sekitar sy, tanpa mempertimbangankan lagi baik-buruknya, kadang sy tetap memaksakan keinginan tersebut. Bahkan, bila memang harus melanggar larangan maka tak apalah.

Ehm, kawan, ternyata kita kadang tidak ada bedanya dengan anak kecil yg masih ingusan. Minta sesuatu tapi memaksa bahkan menuntut jika tidak dikabulkan. Padahal semua itu hanyalah semu; keindahan yg menyilaukan, kadang membuat orang terlena, dan pada akhirnya penyesalan juga di belakang. Sayangnya, tidak ada lagi ibu yg pintar mengalihkan perhatian jika dalam hidup ini kadang kita dilanda keinginan2 sesaat itu (hawa nafsu). Yang bisa mengalihkan keinginan2 itu ya hanya diri kita sendiri. Mata hati kitalah yg menjadi "ibu" itu.

Oh, Tuhan, maafkan kami yg kadang masih seperti kanak2 ini.


Incest

Setelah LGBT legal di beberapa Negara, ternyata memicu untuk pelegalan hubungan cinta yg lain: Incest. Silahkan browsing sendiri di internet untuk mengetahui definisi lengkapnya. Ini menjadi pembicaraan yg hangat pemerintah Jerman beberapa minggu lalu, apa pelaku incest ini akan mendapat pengakuan Negara. Bagaimana nanti hasilnya? Kita tunggu saja. Ada beberapa Negara yg memang sejak dulu sudah melegalkan. Alasan yg melatarbelakangi pelegalan: mengurangi kejahatan kriminalitas, mengurangi angka kecacatan bayi lahir, menjaga dinasti (kalau dia dari kalangan bangsawan), dan tentu saja; karena tertarik atas dasar cinta.

Mungkin beginilah ketika nikmat ‘malu’ sudah dicabut dalam hidup seseorang. Sy tidak bermaksud menghakimi, hanya ingin mengambil sikap: apakah memang kita membutuhkan otak yg jenius, IQ di atas rata2, hanya untuk membenarkan perilaku yg sesungguhnya menjijikkan dan di luar batas toleran? Tidak. Kita masih punya hati nurani. Beginikah HAM di barat mengajarkan? Kebebasan yang sebebas-bebasnya. Jika iya, maka kelak kau akan dapatkan; “Woi.. Berzina di tempat umum sekarang tidak boleh dilarang, ini adalah HAM!”

Ehm, mungkin postingan kali ini bernada temperamental. Tak apalah. Jadikan saja ini bahan renungan. Karena sejatinya sy menghimbau diri sy sendiri dan teman2; kalau kita tidak bisa berada di garda depan menjadi orang yg menolak sebuah pelegalan yg intoleran, minimal berada di belakang memberikan dukungan. Bukan sebaliknya, setuju2 aja dilegalkan dengan dalih HAM. Sejatinya itu menentang prinsip hidup kita, apalagi yg mengaku Islam.

Semoga kita dijauhkan.

Dilema Prinsip


Adik-adik sekalian, ada sebuah pertanyaan dilema dan sulit dari kakak kalian seperti ini; kalau kita sudah memegang prinsip tdk berpacaran, menjaga diri sampai semuanya siap, tapi bagaimana kalau ternyata ketika menikah kita dipertemukan dengan pasangan yg mengecewakan, bahkan sering (maaf) menjamah/dijamah orang?
***

Duh, galau memang begitu dekat sekali dengan kehidupan remaja. Kalau yg pacaran atau lagi kasmaran sj bisa dibuat galau jika sehari saja tidak sms’an, tanya kabar, kepoin statusnya, takut diduakan, dll, maka pertanyaan kakak ini adalah galau lain bagi mereka yg memegang prinsip hidup sebaliknya (yg harusnya tdk wajib sampai sejauh itu kepikirannya). Baiklah, jika kau sendiri sempat berpikir demikian, maka dengarlah ini wahai adikku, supaya dalam hidup ini kita selalu bisa mengambil hikmah dan pelajaran:

Ketika kita memilih untuk tidak berpacaran (bukan karena jones), tp memegang prinsip hidup lain dari kebanyakan remaja sekarang, maka tidak otomatis jodoh kita adalah orang yg memegang prinsip hidup sama persis. Boleh jadi memang kita harus disandingkan dengan orang yg pernah punya prinsip berseberangan. Hal itu bisa sj terjadi. Namun satu hal yang pasti; sampai kapan pun Tuhan tidak pernah keliru menukar jodoh seseorang. Pegang teguh keyakinan ini. Itu adalah janji yg pasti, tertulis jelas dalam kitab suci. Nah, dengan memegang keyakinan ini, ketahuilah bahwa kita tidak sedang berjudi dengan prinsip hidup yg kita pegang, kita jalani.

Prinsip hidup adalah pilihan, jika memang harus dibenturkan dengan prinsip hidup yg lain, maka bercerminlah pada diri sendiri: siapa yg memenangkan siapa.

Mungkin demikian.