Fenomena #FBpro akhir-akhir ini meningkat. Saya amati itu dari banyaknya akun dalam daftar pertemanan yang dahulu "silent reader", kini setiap hari menjadi intens membuat unggahan. Fenomena sejenis ini tentu ada pula di platform lain seperti X, Instagram, dan Tiktok (yang terakhir saya tidak mengikuti).
Saya jadi teringat infografik penelitian terkait cita-cita mayoritas generasi muda di negara-negara di Asia Tenggara, yang beredar beberapa bulan ini di linimasa (bagi yang belum tahu silakan telusuri sendiri di Google).
Guru adalah profesi yang paling diminati di Malaysia dan Brunei Darussalam. Menjadi penulis untuk Singapore, dan menjadi dokter untuk Timor Leste. Ada pun impian pertama generasi muda Indonesia adalah menjadi youtuber. Tidak secara harfiah, tentu maksudnya adalah menjadi konten kreator (tanpa harus melalui platform YouTube).
Target utama jelas berharap konten mereka ditonton oleh sebanyak mungkin warganet, selain berharap jumlah pengikut yang meningkat. Bagi selebritis yang sudah terkenal sejak sebelum era media sosial, mudah saja menambah followers. Sementara yang bukan figur publik, mereka harus berjuang. Konon sampai ada grup khusus sesama pejuang konten ini. Ada bentuk solidaritas yang ditunjukkan, adalah dengan saling berbagi bintang.
Sampai kapan fenomena ini akan bertahan? Belum ada jawaban yang pasti. Yang sudah pasti, semakin hari kita akan semakin kebanjiran konten (entah yang murni hasil kreasi, atau sebaliknya, plagiasi). Oleh sebab target utama adalah kuantitas, kita tidak bisa berharap banyak akan lahir konten yang benar-benar berkualitas.
Tantangan kita sebagai pengguna media sosial ke depan adalah, bagaimana memilih unggahan yang positif dan edukatif. Sebab kecenderungan konten yang kita buat atau sebaliknya kita tonton akan membentuk algoritma. Pada gilirannya, algoritma inilah yang sedikit banyak mempengaruhi atau membentuk cara kita berpikir dan memandang realitas.
Iwan Mariono
No Response to "CITA-CITA MENJADI YOUTUBER WARGANET INDONESIA (sebuah renungan) "
Posting Komentar