Papa memberimu nama Naira. Yang terpikir oleh banyak orang mungkin kosakata dalam bahasa Arab: nur/noura, yang berarti sinar atau cahaya. Tidak keliru.
Namun inspirasi pertama Papa bukan dari bahasa Qur'an itu (kecuali nama belakangmu: Nuzula Firdha). Melainkan dari sebuah pulau kecil di sebelah tenggara provinsi Maluku bernama Banda Naira. Begitu berkesan sampai sempat terpikir akan memberi pula nama depan Banda jika kau punya adik laki-laki.
Pulau dengan nilai sejarah. Papa tahu itu dari sebuah buku Memoir karya Bung Hatta, yang pernah tinggal di sana untuk waktu cukup lama bersama Sutan Sjahrir, dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo bersama istri, sebagai interniran Belanda. Mereka adalah manusia-manusia bebas dalam arti sesungguhnya, terpenjara fisiknya namun tidak pikirannya.
Juga melalui catatan-catatan Des Alwi, yang melukiskan keindahan tempat itu dengan sempurna. Ia, bersama dua bapak angkatnya --Hatta dan Sjahrir-- menghabiskan waktu bermain di pantai dan mendayung perahu ke pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Entah kenapa pulau itu begitu istimewa buat Papa, sekalipun Papa belum pernah menginjakkan kaki ke sana.
No Response to "NAIRA"
Posting Komentar