Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

JAWA TENGAH

[Zaman awal-awal covid, kegabutan karena pembatasan aktivitas #DiRumahAja membuat saya iseng menghitung jumlah seluruh kabupaten (415) dan kota (99) di Indonesia. Bukan hanya menghitung jumlah, tapi juga menelusuri BPS untuk mencari tau berapa luasnya. Benar-benar kurang kerjaaan. Hahahaha.. Di bawah ini khusus untuk daerah Jawa Tengah.]


Total kabupaten/kota di Jawa Tengah diurutkan berdasarkan luas wilayah (km2) per Juli 2020:

1. Cilacap 2.124,47
2. Grobogan 2.013,86
3. Brebes 1.902,37
4. Blora 1.804,59
5. Wonogiri 1.793,67
6. Pati 1.489,19
7. Banyumas 1.335,30
8. Kebumen 1.211,74
9. Kendal 1.118,13
10. Pemalang 1.118,03
11. Magelang 1.102,93
12. Purworejo 1.091,49
13. Jepara 1.059,25
14. Banjarnegara 1.023,73
15. Boyolali 1.008,45
16. Wonosobo 981,4
17. Semarang 950,21
18. Sragen 941,54
19. Demak 900,12
20. Rembang 887,13
21. Tegal 876,10
22. Temanggung 837,71
23. Pekalongan 837,00
24. Batang 788,65
25. Karanganyar 775,44
26. Purbalingga 677,55
27. Klaten 658,22
28. Sukoharjo 489,12
29. Kudus 425,15
30. Kota Semarang 373,78
31. Kota Salatiga 57,36
32. Kota Surakarta 46,01
33. Kota Pekalongan 45,25
34. Kota Tegal 39,68
35. Kota Magelang 16,06

NB:
-Terdapat perbedaan data antara BPS provinsi dan BPS kabupaten. Data di atas dari BPS provinsi.
-Kota Magelang adalah Dati II sekaligus kota terkecil se-Indonesia.
-Gambar dari Wikipedia.

ZAMAN BERGERAK

Buku Zaman Bergerak-nya Takashi Shiraishi baru saya khatamkan malam ini. Sengaja saya sisakan beberapa halaman terakhir untuk diselesaikan setelah membaca buku yang lain. 


Sekadar untuk menyegarkan ingatan, saya harus membuka lagi buku-buku terkait yang pernah saya baca. Salah satunya adalah buku Gerakan Moderen Islam di Indonesia (disertasi Prof. Deliar Noer). Itu saya perlukan untuk mencari tahu (lagi) sebab-sebab kenapa terjadi disiplin partai dalam tubuh SI (Sarekat Islam). Ternyata sumber-sumber yang digunakan kedua karya di atas memang banyak yang berbeda. Kesimpulannya pun akhirnya beda. 

Namun ada beberapa kesamaan sumber antar keduanya. Jelas untuk memahami gambaran utuh mengenai zaman pergerakan di Indonesia, membaca buku ini ternyata tidak membuat dahaga menjadi tuntas. Kita butuh buku selanjutnya yang justru banyak digunakan sebagai referensi utama oleh Takashi (termasuk juga Deliar Noer) dalam karya mereka. 

Yang pasti saya angkat topi untuk Takashi Shiraishi yang membuka cakrawala berpikir kebanyakan orang (termasuk saya) tentang nasionalisme, dengan mengatakan pada kesimpulannya: "Misbach-lah yang mengingatkan kita akan kesalahan klasifikasi nasionalisme, Islam, dan komunisme itu dan memperingatkan kita akan pandangan nasionalis yang serampangan itu."

Berikut karya-karya (di luar buku, artikel dan surat kabar berbahasa asing yang jelas susah menemukannya) terkait yang perlu dibaca setelah membaca kedua buku di atas: Bulan Sabit dan Matahari Terbit karya Harry J. Benda; Kemunculan Komunis di Indonesia karya Ruth T. McVey; dan Bulan Sabit Terbit di Atas Pohon Beringin karya Mitsuo Nakamura.