Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

PLURALISME POSITIF

Istilah 'Pluralisme Positif' dari Pak Kuntowijoyo saya temukan dalam buku "Muslim Tanpa Masjid". 


Dan Pak Kunto mengutip kembali definisi tersebut dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Sejarah FIB UGM, yang sedang saya baca malam ini. 

Boleh jadi Mbah Nun (Emha Ainun Nadjib) terinspirasi dari Pak Kunto saat coba mendefinisikan sebuah kebenaran. Bahwa kebenaran itu letaknya di dapur, yang kita bawa ke ruang tamu adalah kebaikan, kasih-sayang dan cinta kasih terhadap sesama. 

Saya hanya ingin sedikit menambahkan bahwa kebaikan yang kita bawa ke ruang tamu itu tidaklah hanya berlaku untuk antar pemeluk agama saja, melainkan juga sesama muslim. Inilah yang justru paling banyak dilalaikan oleh umat: kebaikan dan tenggang rasa antar kelompok.

PIDATO GURU BESAR

Ada lima kesimpulan yang dibuat oleh Pak Kuntowijoyo di akhir pidatonya terkait kesadaran keagamaan umat. Saya tidak kutip utuh melainkan hanya inti dari kesimpulannya dan contoh kasus di luar simpulan. Demikian: 

1. Kesadaran keagamaan itu berjalan secara evolusi dan tidak lurus (linier) melainkan tumpang tindih (overlapping) antara mitos, ideologi, dan ilmu. 

2. Tahap terakhir dipegang oleh pribadi dan minoritas kreatif, sebagaimana dahulu gerakan modernis menjadi minoritas di tengah-tengah umat tradisionalis. 

3. Perkembangan kesadaran keagamaan umat ditentukan oleh mobilitas sosial (esp: akses terhadap pendidikan), dan tidak oleh kekuasaan politik. Contoh hasil dari mobilitas sosial adalah lahirnya ICMI justru di saat Islam Ideologi dibungkam.

4. Politik sama sekali tidak berperan. Sejak dari zaman kolonial sampai reformasi kesadaran itu tidak ditumbuhkan oleh kekuasaan, melainkan mobilitas sosial yang melahirkan elit baru profesional (eksekutif, akademisi, pegawai tinggi, dan intelektual). 

5. Pidato lengkap Kuntowijoyo di poin lima: "Sebagai sejarawan yang berusaha melihat ke depan, dan sebagai pribadi yang beriman kepada Al-Qur'an saya percaya kepada ilmu dan bukan kepada politik. Dalam Al-Mujadalah ayat 11 disebutkan bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang berilmu. Sebaliknya, tidak satu pun ayat menyebutkan bahwa Allah meninggikan derajat orang berkuasa. Itulah sebabnya pidato ini bersemboyan Knowledge is Power yang berasal dari Michel Foucault."

***

Buat yang ingin membaca pidato beliau langsung dari draft aslinya --Ahamdulillah ada yang mengunggahnya di FB-- silakan buka link di bawah:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209954051563144&id=1690528556&mibextid=Nif5oz