Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

MENGENANG LANGIT KRESNA HARIADI

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. 

Kabar duka hari ini datang dari salah satu penulis idola saya, Langit Kresna Hariadi. 

Saya mengenal Pak Langit melalui novel pentalogi Gajah Mada. Hanya beberapa bulan setelah mengkhatamkan 5 jilid bukunya yg tebal-tebal itu (2013), saya mencoba mencari tahu tentang penulis, melalui YouTube saat diundang di acara Kick Andy, sampai akhirnya ketemu akun facebooknya. 

Langsung saya chat messenger, memujinya, mengenalkan diri, kemudian sudah. Dua bulan berlalu, saya tidak menyangka chat saya dibalas. Padahal saya chat beliau murni hanya ingin memuji, tidak berharap mendapat jawaban. 

Tidak hanya membalas chat, Pak Langit bahkan mengajak saya ketemuan di Paragon. Tentu saya tidak menolak tawaran itu. Ini adalah momen di mana saya bertemu dengan penulis besar. Saya kira tawaran undangan itu di sela-sela acara besar, ternyata beliau datang ke Paragon memang hanya untuk bertemu dengan saya. Jadilah kami ngobrol santai banyak hal saat itu. 

Itu adalah peristiwa sembilan tahun yang lalu. 

Sejak saat itu, kami selalu menjalin komunikasi, via Messenger, SMS, sampai WA. Bahkan, dalam beberapa agenda kegiatan beliau, saya turut berpartisipasi, seperti menjadi panitia pembangunan masjid dan patungan kurban. 

Termasuk saya mengundang beliau jadi salah satu pemateri dalam acara seminar dan workshop kepenulisan. Saya sangat terkesan, beliau tidak mau dibayar. Bahkan siap menyediakan waktunya jika peserta workshop mau mengadakan kelas menulis lebih lanjut.

Beliau juga menjenguk saya di kos waktu saya mengalami kecelakaan tunggal (2014) jatuh dari motor yang merontokkan dua gigi. 

Komunikasi terakhir dengan Pak Langit adalah tahun 2018/2019 saat beliau menanyakan obat untuk penyakitnya dan saat beliau mengundang saya di pernikahan putrinya, yg sayang sekali saya tidak bisa hadir karena bersamaan waktu itu jadi relawan tsunami di Palu. 

Setelah itu tidak ada komunikasi lagi, sempat saya chat WA juga hanya centang 1. 

Belakangan dapat info dari kawan saya Jati Pradhabasu (yang juga salah satu penggemar beliau sampai-sampai namanya di akun sosmed mencantumkan salah satu tokoh terkenal di novel Gajah Mada), ternyata sudah hampir setahun beliau terbaring lumpuh kena stroke. Kami putuskan untuk menjenguknya (2020). 

Saya sedih melihat kondisinya. Lumpuh. Tidak bisa bicara. Terpasang selang NGT untuk memasukan makanan sehari-hari. Dan yang paling sedih, beliau lupa saya. Istri beliau sudah mencoba mengingatkan siapa tamu yg datang beliau hanya menggeleng.

Stroke perdarahan berulang membuat beliau mengalami demensia dan paraplegi. 

Demi membangkitkan memori, saya coba menceritakan ulang curhatan Pak Langit beberapa tahun silam ke saya. Saya ceritakan ke istri beliau mengenai ketakutannya setiap menjelang senja, bahkan mengaku tiba-tiba matanya serasa buta, saking takutnya sampai-sampai kamar mandi pun dipasang lampu seratus watt. 

Setelah konsultasi ke dokter spesialis, baru ketahuan kalau penyebabnya adalah karena ditinggal oleh putri pertamanya, yang menikah dengan orang Irlandia. Pak Langit belum bisa melepas kepergian sang putri yg sangat dicintainya.

Belum selesai saya menceritakan ulang kisah itu tiba-tiba beliau batuk tersedak, lalu menangis. Sungguh saya tidak menyangka. Saya kira beliau lupa cerita itu. Saya langsung minta maaf dan merasa bersalah karena mengungkit cerita yg membangkitkan beliau pada kenangan tersebut. 

Selamat jalan, Pak Langit. Semoga Allah terima segala amal ibadah bapak, mengampuni segala dosa, dan menempatkan bapak di sisiNya bersama orang-orang saleh. Aamiin. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa aafihi wa fuanhu.

Peristiwa Hari ini

Jam 4 shubuh tadi saya ikut menemani dr. Yudi Eka Prasetya, SpB, melakukan vena section alias bedah pembuluh darah vena pada pasien anak dengan syok demam berdarah, yang pembuluh darahnya tidak ketemu setelah dicoba pasang infus berulang kali. Ini merupakan salah satu kegawatan medis yang perlu tindakan segera. 

Dr. Yudi ini salah satu konsulen panutan saya dalam hal semangat belajar. Beberapa kali saya ketemu pasien gawat yang perlu tindakan bedah cito (segera). Itu terjadi bahkan sejak saya masih koass (6 tahun silam) sampai sekarang menjadi dokter. 

Ya, beliau adalah pembimbing saya waktu masih proses pendidikan dokter. Kini, setelah lulus dan menjadi dokter jaga di RS yg sama membuat saya bisa bersua kembali.

Di sela-sela vena section kami membahas lagi tentang Anatomi Klinis dan Fisiologi sebagai basis belajar ilmu kedokteran yang dulu pernah dibahas waktu saya koass. 

Beliau bercerita tentang guru-guru beliau yang hebat, seperti keuletan Prof. Dr. dr. Zainal Mutaqien, SpBS, spesialis bedah saraf yg berhasil mengoperasi pasien epilepsi dengan tingkat kerumitan yg tinggi selama 18 jam di kamar operasi, atau Prof. Dr. dr. Ignatius Riwanto, SpB-KBD, konsultan bedah digestive yang bisa menjelaskan banyak hal sampai berjam-jam hanya bermodal satu slide anatomi saluran cerna.

Cerita tentang guru-guru itu, membuat saya, yg awalnya waktu masih S1 sebelum kaoss mengikuti proses belajar hanya dengan cara mengalir saja, menjadi termotivasi untuk membaca dua buku Anatomi Klinis dan Fisiologi Manusia, bukan karena tuntutan tugas, tapi karena kesadaran dan rasa ingin tahu yg murni.

Hasilnya, masyaAllah, sungguh kedokteran ini ilmu yang asyik karena bisa dinalar semua. Belajar susunan dan fungsi tubuh manusia sejak dari sel sebagai penyusun organ tubuh, yang di dalam sel itu sendiri masih ada banyak sekali organela (organnya sel) justru mendatangkan banyak ketakjuban. 

Sampai hari ini, setiap kali bertemu beberapa koass saat jaga (termasuk kepada istri sendiri), saya selalu memotivasi mereka agar membaca dua buku ini. Buku yang membuka cakrawala berpikir. 

Harus diakui tidak semua orang punya kecocokan dengan gaya mengajar tiap konsulen. Dan sampai sekarang sy selalu bersyukur dulu waktu koas stase awal saya adalah Bedah, yang membuat saya ketemu dr. Yudi lebih awal.

*NB: buku yang tersisa di saya tinggal Fisiologi Manusia ini, buku Anatomi Klinis karya Keith L. Moore sudah saya jual ke Bayu Hendro Wibowo sejak masih koas dengan harga obral (500k) karena terpaksa, waktu itu sedang paceklik. 😅