Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

REFORMASI JILID II DAN KECERDASAN KOLEKTIF

Ini buku (berisi wawancara) diterbitkan paska Reformasi 98. Judul buku ini dikutip dari jawaban salah satu narasumbernya: Romo Mangunwijaya.

Saya ingin mengutip tiga pertanyaan yang sudah saya pilih, dan sekaligus jawaban Romo Mangun yang menurut saya patut disimak:

Apa pengertian Tatanan Indonesia Baru?

"Sudah dari awal, reformasi ini keliru. Titik kelirunya itu: pemerintah tidak punya legitimasi. Soeharto turun begitu saja, moso lari dari tanggung jawab, ya nggak bisa. Ya, ini serba salah, serba salah terus. Kesalahan menelorkan kesalah, kesalahan, kesalahan."

"Dan (masa jabatan) Soeharto yang terakhir ini bagi saya nggak sah. Karena pemilunya, pemilu paksaan. Semua pemilu paksaan kan nggak sah. Hasil pemilu 1997 itu kan nggak sah. Hanya de dacto dia kuasa. Ya, semua bandit kuasa juga, apa legitimate, kan tidak. Legal tapi tidak legitimete, awal mula kan di situ."

Melihat posisi masyarakat yang menguat dan negara yang melemah, bagaimana kemungkinan ideal tatanan kemasyarakatan?

"Sekarang ini, masyarakat tanpa negara. Sedangkan Orde Baru itu negara tanpa masyarakat. Tapi ini anarki, masak kita menghendaki tanpa negara? Itu memang terjadi juga tahun 1945 bulan Agustus sampai Januari 1946, itu masyarakat tanpa negara. Tapi itu sementara, lalu RI membuat negara. Dulu kok bisa, sekarang nggak bisa. Apakah sekarang lebih bodoh? Mungkin jawabannya begitu. Kita lebih bodoh dari generasi Soekaeno-Hatta."

Sepertinya kita sekarang krisis pemimpin?

"Krisis kecerdasan! Bodoh. Orang bodoh itu emosi, mudah dibakar, ditiup-tiup, mudah diprovokasi, karena bodoh. Yang berubah itu kaum elite, kalau rakyat biasa saja. Kaum elite yang membakar, lalu orang orang kecil yang sederhana ikut terbakar. Terbakar itu gak salah toh? Kayu di dapur dibakar apa salah? Ya nggak. Kalau rumah terbakar apa rumahnya yang salah? Ya tidak toh. Kalau orang cerdas berpikir begitu. Yang salah itu yang membakar."

Pertanyaan masih banyak tapi substansinya sama: bahwa prasyarat yang diperlukan untuk mengisi reformasi adalah kecerdasan generasi (kolektif). Sayangnya, ini menurut saya, kecerdasan kolektif ini tidak dibentuk hanya dalam sehari atau dua hari. Melainkan bertahun-tahun bahkan sampai lintas generasi.

Jadi, dalam konteks hari ini, kalau pun kerusuhan yang terjadi di negeri kita saat ini mampu melahirkan reformasi (anggaplah Reformasi Jilid II), ia tidak akan membawa pada perubahan yang substantif kalau belum terbentuk kecerdasan kolektif.

No Response to "REFORMASI JILID II DAN KECERDASAN KOLEKTIF"

Posting Komentar