Jilid pertama (Buku 1) ini justru menjadi buku terakhir yang saya dapatkan dari koleksi 'Karya Lengkap Bung Hatta'. Saya sudah membulatkan tekad harus mengoleksi semua jilid (dengan menyicil tentunya) dan membacanya dari awal, ditemani pulpen, penggaris, dan stabilo --sebagaimana kebiasaan saya, yang membuat diri ini susah beralih dari buku fisik ke buku digital, dan tentu saja bukan buku pinjaman.
JILID 1 KARYA LENGKAP BUNG HATTA
07.18
Rumahku Surgaku
Sebenarnya banyak tulisan yang akhirnya nanti akan saya baca ulang. Beberapa buku Bung terbitan Sinar Harapan, Bulan Bintang, dan Kompas yang sudah saya baca dan miliki juga masuk dalam proyek karya lengkap ini.
Namun hal itu tidak menjadi perkara, demi menghargai khazanah ke-intelektualan-nya.
Magnum opus ini menghimpun semua tulisan Bung Hatta yang tersebar di seluruh media cetak (dalam maupun luar negeri) seperti: Jong Sumatra, Daulat Ra'jat, Indonesia Merdeka, De Socialist, Gedenkboek der Indonesische Vereeniging, dan masih banyak lagi. Dari sejak Bung masih berumur 16 tahun sampai menjelang ajalnya (77 tahun).
Total buku sebanyak sepuluh jilid, namun yang sudah diterbitkan oleh LP3ES saat ini baru sampai jilid 8. Jilid 9 baru rencana terbit tahun ini (info tersebut saya konfirmasi ke penerbitnya langsung). Padahal, ini adalah proyek besar yang sudah berjalan puluhan tahun, diketuai oleh Prof. Emil Salim dengan anggotanya yang juga para professor. Bahkan dua di antaranya sudah meninggal dunia: Prof. Deliar Noer dan Prof. Dawam Rahardjo. Mereka tidak sempat melihat buku ini terpampang cantik dalam satu box.
Posted in
DEKOLONISASI
16.45
Rumahku Surgaku
DEKOLONISASI. Kolonisasi (perpindahan wilayah huni) pada dasarnya adalah kosakata yang netral. Namun dalam perjalanannya, kata tersebut berkembang menjadi sebuah paham (isme) yang kemudian memiliki makna dan arti negatif. Kita akhirnya menyamakannya sebagai penjajahan bangsa Barat (Eropa) atas bangsa Timur (Asia dan Afrika).
Dalam perjalanan terbentuknya bangsa jajahan, eksploitasi tidak hanya mencakup tanah atau wilayah geografi. Melainkan sampai pada tahap eksploitasi pemikiran. Konsep pribumi malas adalah hasil dari studi (antropologi) kolonial Belanda atas wilayah jajahannya. Hasil kajian itu mereka anggap sebagai ilmu, sementara studi dekolonisasi kontemporer menyatakan pemikiran tersebut sebagai mitos.
Jika kolonisasi kita anggap sebagai penjajahan. Maka studi Dekolonisasi (penghapusan penjajahan pemikiran) dalam buku ini adalah upaya untuk menghapuskan penjajahan (pemikiran) tersebut.
DR. Muhamamd Rofiq Muzakkir, yang adalah dosen Prodi HI di UMY dalam buku ini, tidaklah menuliskan hasil studi yang bersifat murni gagasannya. Melainkan menyusun gagasan-gagasan pemikir awal studi Dekolonisasi yang dimulai dari Edward W Said melalui karyanya dalam buku 'Orientalism' yang terbit tahun 1978, sampai studi kontemporer saat ini --yang sebagiannya adalah pengembangan dari buku Orientalism tersebut.
Jadi, buku yang merupakan kumpulan catatan dari disertasi penulisnya selama di Arizona State University (2017-2020) adalah semacam prolegomena atau pengantar, yang menguraikan secara detail bagaimana studi dekolonisasi terbentuk dan menjadi satu cabang ilmu tersendiri.
Saya secara pribadi berterima kasih kepada DR. Rofiq yang mengenalkan saya lebih dalam kepada banyak pemikir seperti Edward W Said, Talal Asad (dan murid-muridnya), Joseph Massad, Khaled Abou El-Fadl, Wael Hallaq, dan masih banyak lagi. Setelah membaca buku ini, jujur saya ingin membaca karya mereka semua.
Siapa pun di antara kita yang tertarik mempelajari diskursus pemikiran Islam kontemporer, tidaklah lengkap jika belum membaca karya ini.
Salam
Posted in
Langganan:
Postingan (Atom)