Wawancara dengan Arief Budiman dalam Tabloid Mingguan Berita PERSPEKTIF, Edisi No. 58/Tahun II, 2-8 Desember 1999. Pewawancara: Josep Lagadoni Herin
***
Anda dikenal penganut paham sosialisme, apakah ide “Jalan Tengah” dari Anthony Giddens yang berusaha “mendamaikan kapitalisme dan sosialisme” bisa diterapkan di Indonesia?
“Yang pertama, saya belum membaca buku itu secara detil. Tapi Anthony Giddens itu seorang pemikir Marxis. Setelah sosialisme mengalami krisis, terutama di Eropa Timur, maka banyak pemikir Marxis mencari jalan tengah. Salah satunya Anthony Giddens. Jalan tengah itu hanya suatu model saja. Untuk kondisi Indonesia?”
“Giddens seringkali berbicara untuk negara-negara industri maju sehingga saya tidak tahu apakah itu cocok dengan Indonesia. Contohnya welfare state, orang kaya dikenakan pajak untuk jaminan sosial orang miskin. Karena memang Indonesia bukan negara industri maju. Setahu saya Giddens seorang teoritikus yang banyak bicara masalah industri dalam hubungan dengan marxisme.”
Saat ini di Indonesia banyak orang bicara ekonomi kerakyatan yang rohnya adalah sosialisme. Ke depan apakah hal itu mungkin dilaksanakan?
“Sosialisme itu ada beberapa hal. Artinya, ada yang semangatnya sosialis dan ada yang sosialisme beneran. Yang sosialisme beneran itu tidak mengakui adanya hak milik perorangan. Semua dikontrol negara. Maka militer kemudian ikut campur tangan di dalamnya. Tapi sosialisme sudah mengalami krisis. Maka kapitalisme muncul sebagai ideologi yang lebih populer sekarang, yang menekankan pada mekanisme pasar. Hanya bahwa dunia global dewasa ini, tidak semua masalah bisa diselesaikan oleh kaptalisme. Misalnya hal lingkungan, ada keutuhan untuk mengatur bersama. Kebutuhan mengatur bersama ini kan sosialisme. Polusi industry di Amerika tidak bisa dialihkan ke Afrika. Harus diatur bersama.”
“Tentang lingkungan ini, ada seorang penulis Indonesia dalam bukunya pernah menulis bahwa dunia sekarang ini ibarat sebuah pesawat ruang angkasa. Ada keterbatasan bahan makanan sementara orang yang ingin makan banyak sekali. Bayangkan saja kalau dalam sebuah pesawat ruang angkasa yang kita sendiri tidak tahu kapan waktunya bisa mendarat, dengan makanan yang terbatas itu, apakah pantas kalau kita katakan, mari kita berkompetisi bebas. Siapa yang kuat dia yang lebih banyak dapat makanan. Itu kan gila. Lebih baik lagi kita atur bersama-sama, makanan ini kita bagi sama-sama agar sama-sama kuat. Nah, ini sosialisme. Kapitalisme itu global, tapi dalam keadaan resources yang sangat terbatas, itu sama sekali tidak masuk akal. Yang masuk akal adalah kita sama-sama memecahkan masalah ini. Ini sosialisme.”
“Jadi saya juga yakin bahwa suatu saat sosialisme akan muncul kembali dan kapitalisme akan mengalami krisis. Kecuali kalau dia selalu mencari seperti apa yang dia lakukan sekarang yaitu mengonfirmasikannya dengan sosialisme. Saya percaya sosialisme suatu saat sosialisme akan muncul. Tapi saat ini jika suatu negara ingin menjalankan sosialisme, dia sendiri akan terisolasi. Sama halnya dengan Indonesia. Kita akan terisolasi kalau kita mau melaksanakan sosialisme, karena arus besar sekarang adalah kapitalisme. Kita harus ikut arus besar itu. Kapitalisme masih sangat kuat dan negara-negara miskin belum punya keberanian melakukan protes bahwa mereka disingkirkan oleh sistem yang ada (kapitalisme).”
Apakah prediksi “kebangkitan kembali sosialisme” dan “kapitalisme akan mengalami akan mengalami krisis” itu merupakan suatu hukum alam yang harus terjadi?
“Saya kira ya. Mungkin akan terjadi semacam hukum sejarah. Misalnya feodalisme akhirnya hancur karena tidak bisa menempatkan diri dalam perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara sosial maupun alamiah. Demikian pula kapitalisme. Kalau kapitalisme, dia bukan hancur oleh modal, tapi oleh lingkungan. Sebelum terjadi kehancuran, biasanya akan terjadi kesadaran bahwa kita akhirnya harus mengatur semuanya ini secara bersama-sama. Sehingga AS harus berunding dengan Indonesia dalam hal penebangan-penebangan hutan misalnya.”
Sumber tulisan: buku “Kita Lebih Bodoh dari Generasi Soekarno-Hatta. Hlm 19-21. Editor: Suwidi Tono.
Sumber foto: Wikipedia
***
Membaca wawancara dengan Prof. Arief Budiman itu, saya semakin yakin bahwa Indonesia punya corak sendiri dengan sosialismenya. Dalam hal ini sosialisme ala Indonesia sebagaimana yang dirumuskan oleh Bung Hatta. Dalam berbagai tulisan dan pidatonya, Hatta berulang kali menekankan sosialisme yang dianut oleh bangsa Indonesia berbeda secara prinsip dengan sosialisme yang dianut oleh Barat. Perbedaan itu bersumber dari kearifan lokal bangsa kita seperti semangat gotong-royong dan musyawarah mufakat antar warga. Selain itu sosialisme religius (dalam hal ini Islam) memberi corak tersendiri terhadap sosialisme yang ada di Indonesia. Inilah yang tidak ditemukan dalam sosialisme Barat (Eropa) yang justru berpandangan sekuler, disebabkan oleh adanya trauma terhadap agama (katolik) pada Abad Pertengahan.
Untuk lebih detilnya silakan baca dalam buku yang berisi kumpulan tulisan dan pidatonya yang dihimpun dalam satu buku oleh penerbit LP3ES dan diberi judul: Karya Lengkap Bung Hatta jilid 1 (Kebangsaan dan Kerakyaatan), khususnya dalam bab Demokrasi Kita. Demokrasi Kita itu sudah dua kali saya khatamkan, tetapi tetap saja saya merasa perlu saya baca berulang untuk mendapatkan saripatinya dan bagaimana mengimplementasikan secara teknis.
10.23
Rumahku Surgaku
Posted in
No Response to "ANTARA SOSIALISME DAN KAPITALISME "
Posting Komentar